Berita Riau, Rokan Hulu - Mapolres Rokan Hulu (Rohul),masih melakukan penyelidikan atas ditemukannya satu orang warga dalam kondisi meninggal dan dua lainnya mengalami kritis, akibat luka dan lebam yang diduga akibat dikeroyok sekelompok warga di Jurong 18 Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Jumat (10/2/2013) malam.
 
Kapolres Rohul AKBP Yudi Kurniawan SIK MSi, dikonfirmasi Senin (11/2) mengaku pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap delapan orang saksi dari warga Jurong 18, terkait ditemukannya satu warga dalam kondisi tewas dan dua warga lainnya mengalami luka lebam.
 
Dia membantah terjadinya bentrok antara warga Jurong 18 Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam dengan salah satu perusahaan, beroperasi di sana, tapi dari keterangan para saksi, kejadian ini adanya masalah pribadi.
 
"Diduga para korban dikeroyok oleh sekelompok masyarakat dan warga pendatang dari Jurong 18 Desa Bonai, Sabtu (9/2/2013) kemarin Polisi telah mengumpul dan keterangan saksi dari warga Jurong 18, tapi tidak ada tau terjadi pengeroyokan peristiwa tersebut," terangnya.
 
Kapolres menjelaskan, dari keterangan korban dan sejumlah saksi, permasalahan itu terjadi Jumat (8/2/2013), sekitar pukul 23.40 wib hingga Sabtu (9/2/2013) dini hari pukul 01.00 wib.Dimana berawal adanya 30-40 orang warga Jurong 18 bercampur dengan warga pendatang.
 
Dalam berkumpul itu, diduga ada, mengisukan warga (suku Flores), memukul warga setempat, selang beberapa menit tiba-tiba ada empat orang warga suku Flores, menjaga kebun di daerah perbatasan Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam Rohul dengan Rokan Hilir (Rohil) melintas dengan menggunakan kendaraan roda dua.
 
Lalu dua dari dua orang tersebut dicegat dan ditangkap oleh warga,  dua orang lainnya sempat melarikan diri, sambil pergi ke camp dan memberitahukan pada temannya untuk meminta bantuan adanya temannya ditangkap warga.Kemudian 6 orang (dari suku flores) pergi mau membantu temannya yang ditangkap tersebut.
 
Karena ada puluhan warga disana, lalu mereka mundur pulang ke basecamp.Tiba-tiba dari keenam orang tersebut, satu orang kendaraannya mengalami mogok, lalu mereka ikut ditangkap oleh sekelompok warga
 
"Diduga ketiga korban, satu tewas dan dua mengalami luka dan lebam, dikeroyok oleh oknum masyarakat.Ketiga Korban ditemui oleh warga Sabtu (9/2/2013) pagi saat berada disalah jalan perkebunan.Lalu warga tersebut melaporkan ke Pospol, ada tiga warga terluka dijalan," terangnya.
 
Menindaklanjuti laporan tersebut, Polisi langsung ke TKP, ternyata benar, satu orang dalam keadaan tewas dan dua mengalami luka dan wajah yang lebam.Lalu ketika korban langsung dilarikan ke salah satu rumah sakit di Duri.
 
"Sekarang dua korban masih hidup, sudah di rujuk ke RS Pekanbaru untuk mendapatkan perawatan medis," tuturnya.
 
Kapolres mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan secara intensif dan sidik dalam kasus ini. "Kita sudah kumpulkan sekitar 30 orang warga suku Flores bekerja sebagai PAM kebun, supaya jangan terpancing dengan isu-isu yang tidak jelas.Termasuk warga jurong 18 sudah dikumpulkan.Kita himbau tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan masyarakat dan menjaga situasi daerah aman dan kondusif," terangnya.
 
Camat Bonaidarussalam Kabupaten Rokan Hulu, Taslim, pastikan bukan warga Desa Bonai, bentrok dengan PT Andika Pratama Sawit Lestari (APSL), tapi karena perkelahian antar kelompok tani dari Kabupaten Rohil dengan perusahaan.
 
"Tidak mungkin lah warga Bonai, bentrok dengan perusahaan (PT APSL). Perusahaan ini adalah bapak angkat pola KKPA warga Bonai sejak empat tahun lalu dengan luas lahan 2.000 hektar," ungkap Taslim

Taslim mengaku, informasi dari berbagai sumber diterimanya, peristiwa bentrok adalah antara Pam Swakarsa atau security PT APSL dengan anggota kelompok tani asal Kabupaten Rohil yakni kelompok tadi dari Kepenghuluan Putat Kecamatan Tanah Putih.

"Kejadiannya di Jurong 18, orang Caltex mengenalnya dengan nama itu dan wilayahnya berada di perbatasan antara Rohul dan Rohil, tepatnya antara Desa Bonai, Desa Siarang-arang Kecamatan Pujut dan Desa Putat Kecamatan Tanah Putih, sampai sekarang perbatasannya juga belum jelas," ungkap camat.
 
Taslim mengaku tidak mengetahui pemicu bentrok antar kelompok tani asal Rohil dengan perusahaan. tapi dengan dikait-kaitkan warganya bentrok dengan PT APSL, dia menduga ada unsur politik sengaja ingin memecah kerjasama antara warga Bonai Darussalam dengan perusahaan. "Itu baru sebatas dugaan, tapi itu lah politik," ujarnya. (situsriau.com)